Get paid To Promote at any Location

Sabtu, 10 Juli 2010

Mustafa Kamil

Ada tokoh Garut yang dalam sejarah cukup besar jasanya dalam mempertahankan kemerdekaan Indo¬nesia. Perjuangannya cukup heroik. Beliau juga ulama besar pada zamannya. Ironisnya, nama tokoh ini di daerahnya sendiri justru tidak banyak dikenal. Beliau adalah Kyai Haji Mustafa Kamil.

Sebenarnya pemerintah daerah telah mengabadikan nama beliau dengan menjadikannya nama jalan. Namun bagaimana riwayat hidup dan perjuangannya tidak banyak diketahui orang. Penghargaan atas jasa-jasa K.H Mustafa Kamil tidak hanya diberikan oleh pemerintah daerah saja. Pemerintah pusat pun melakukan hal yang sama. Pada 1958, K.H. Mustafa Kamil oleh pemerintah pusat ditetapkan sebagai Pahlawan Perintis Kemerdekaan.

Mustafa Kamil dilahirkan pada tahun 1884 di Kampung Bojong, Desa Pasirkiamis, Tarogong, Garut. Daerah tersebut sekarang berada di wilayah Kecamatan Pasirwangi. Semasa kecil ia dikenal dengan nama Muhammad Lahuri. Namun setelah belajar di pesantren dan menunaikan haji, namanya berubah menjadi Mustafa Kamil.

Riwayat perjuangannya diawali dengan keikutsertaanya dalam organisasi Sarekat Islam (SI). Bahkan ia pernah terpilih menjadi ketua SI cabang Garut. la dikenal sangat berani dalam menentang berbagai aturan yang dibuat pemerintah kolonial Belanda. Sikapnya memang dikenal anti penjajah.

Karena sikapnya itulah, ia sempat 14 kali ditangkap dan dipenjarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda dan Jepang. Pada tahun 1915 misalnya, ia dipenjarakan di Garut karena mengharamkan semua ketentuan yang dibuat oleh pemerintah kolonial Belanda. Tabun 1919-1921 ia kembali dijebloskan ke penjara karena dituduh telah menjadi provokator dalam peristiwa Cimareme Garut yang dimotori Haji Hasan. Saat itu, hampir seluruh anggota SI ditangkap, dipenjarakan, dan sebagian dibuang ke luar Jawa. Tidak berselang lama dari peristiwa Cimareme, Mustapa Kamil kembali ditangkap. Kini ia dituduh telah menggerakkan rakyat melakukan unjukrasa menentang vervording atau aturan pajak buatan pemerintah. Saat itu vervording memang sangat memberatkan rakyat Garut.

Sikapnya yang anti penjajah tidak berhenti sampai di situ. la juga menolak untuk sembahyang Jumat di Mesjid Kaum (sekarang Mesjid Agung Garut). Penolakan itu dilakukannya karena hutbah Jum'at di Mesjid Kaum hanya boleh menggunakan bahasa Arab, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa lokal. Begitu pula Al-Quran, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa masyarakat lokal. Tentu saja semua itu adalah politik kolonial agar bangsa Indonesia tetap bodoh dan tidak memahami agama Islam secara mendalam. Mustafa Kamil hanya mau melakukan sembahyang Jumat berjemaah di Ciledug (tepatnya di Mesjid Al-Musthofa sekarang). la memberikan khotbah dalam bahasa Sunda yang mudah dipahami para jemaah. Ayat-ayat Al-Quran juga diterjemahkannya ke dalam bahasa Sunda. Akibat pembangkangan itu, pada tahun 1927 ia diawasi secara ketat oleh pemerintah Belanda, dan akhirnya ditangkap dan dipenjarakan. Awalnya di Garut, tapi kemudian dialihkan ke penjara Sukamiskin Bandung.

Belanda kalah Perang dan Jepang datang. Namun sikap keras K.H. Mustafa Kamil tidak banyak berubah. Menurut pendapatnya, baik Belanda maupun Jepang sama-sama penjajah yang menyengsarakan rakyat dan harus dilawan dan diusir dari muka bumi Indonesia. Demikian pula ketika Jepang kalah perang, perjuangan K.H. Mustapa Kamil tidak pernah surut. Apalagi di awal-awal kemerdekaan negara kita belum sepenuhnya bebas dari invansi pihak asing yang ingin merebut kembali Indonesia.

Pada saat Bung Tomo (Sutomo) mengumandangkan takbir jihad melalui corong radio, dan berseru agar bangsa kita bersatu untuk melawan Sekutu yang mendarat di Surabaya, K.H. Mustapa Kamil menyambutnya dengan gagah berani. Saat itu pula ia pergi ke Surabaya dengan anggota laskar rakyat untuk bergabung dalam pertempuran. Peristiwa itu terjadi pada Oktober 1945. la pergi melalui Banjar, Yogya, Malang, kemudian bersama-sama dengan anggota pasukan lainnya menggempur Surabaya. Pertempuran tersebut tercatat dalam sejarah sebagai pertempuran yang sangat heroik dan cukup sengit. Walaupun hanya menggunakan senjata seadanya, bangsa kita saat itu berhasil memukul mundur pasukan Sekutu dan membunuh jenderalnya. Pertempuran ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan.

Setelah pertempuran usai, Mustafa Kamil tidak diketahui keberadaannya. la diketahui tidak pulang ke Garut. Keluarganya lama berharap bahwa ia masih hidup dan dapat pulang kembali ke kampung halamannya. Sampai akhirnya datanglah kabar bahwa ia gugur dalam pertempuran. Keluarganya di Garut bertahun-tahun mencari informasi di mana ia gugur dan di mana jenazahnya dimakamkan. Sampai akhirnya diperoleh informasi bahwa K.H. Mustapa Kamil gugur pada 10 Dscember 1945, saat terjadi pertempuran melawan Sekutu di daerah Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. Masarakat yang menjadi saksimata menuturkan bahwa beliau gugur setelah tertangkap dan dianiaya oleh pasukan Belanda. Jenazahnya oleh masyarakat setempat kemudian dimakamkan di tempatnya meninggal dunia. Yang bisa dibawa kembali ke Garut oleh keluarganya hanyalah pakaian, topi, dan untaian tasbih miliknya.

Pemerintah kemudian memindahkan jenazah K.H. Mustafa Kamil ke Taman Makam Pahlawan Surabaya. Selain itu, beliau kemudian diberi pangkat Letnan Kolonel secara anumerta. Sementara pemerintah Garut mengabadikan namanya sebagai nama jalan yang membentang sejauh dua kilometer di daerah Ciawitali, bersebelahan dengan JI. Arudji Kartawinata, tidak jauh dari Terminal Guntur Garut.

4 komentar:

  1. saaya bangga sekali sebagai orang yang dilahirkan di desa pasirkiamis

    BalasHapus
  2. Subhanallah...punten kang kenging sejarah pun uyut timana?

    BalasHapus
  3. saya baru tahu,,,ternyata di daerah kelahiran saya ada sorang pahlawan yang gagah berani...!!! tapi kenapa orang garut banyak yang tidak mengenalnya ???

    BalasHapus